Si Tukang Pecat Itu Akhirnya Mundur

Bayangkan bila kamu bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan yang pemiliknya amatlah perfeksionis dan tidak mentolerir kesalahan sedikitpun. Baru sebentar saja bekerja, mungkin kamu sudah berada dalam tekanan hebat. Bila target perusahaan tak tercapai, dalam waktu singkat kamu bisa kehilangan pekerjaanmu.

Di sepakbola, tepatnya di Serie A Italia, sosok seperti itu bisa ditemukan dalam diri Maurizio Zamparini, pemilik sekaligus presiden klub Unione Sportiva Città di Palermo. Bila kamu terkejut mendengar berita mengenai pelatih Palermo yang dipecat di pertengahan (bahkan di awal!) musim, maka dipastikan kamu masih newbie soal sepakbola Italia.

Ya, Zamparini jarang sekali memakai satu pelatih saja dalam satu musim kompetisi, seakan-akan itu adalah hobinya. Ia bahkan terlihat seperti ingin mencetak rekor dunia sebagai presiden klub yang paling banyak memecat pelatih.

Biasanya ia memecat seorang pelatih dikarenakan rentetan hasil buruk yang dialami Palermo. Hal yang normal dalam dunia sepakbola. Namun, biasanya rentetan hasil buruk ini baru terjadi dalam kurun waktu sebentar saja, sehingga pebisnis berusia 75 tahun ini dianggap sebagai presiden klub yang tak sabaran dalam mengelola klub.

Bahkan ia juga dianggap sebagai ‘orang aneh’ yang memiliki adiksi tertentu dalam wujud memecat seorang pelatih, seolah hal itu memberikan kepuasan tersendiri baginya. Jabatan pelatih Palermo pun akhirnya jadi seperti sebuah ‘rest area’ yang dikunjungi sebentar oleh para sopir truk (baca: pelatih), kemudian akan ditinggalkan lagi karena mereka harus berangkat ke tempat lain (dipecat dan meninggalkan Palermo).

Padahal, Zamparini harusnya tahu bahwa pergantian pelatih yang terlalu sering dapat menggangu keharmonisan tim. Selain itu, gonta-ganti yang terlalu sering juga membuat para pemain di dalam tim harus beradapatasi lagi dengan pola latihan pelatih baru, yang belum tentu menghabiskan waktu sebentar.

Contohnya saja di Serie A musim 2015/16. Palermo mengarungi musim tersebut dengan 6 orang pelatih! Diantara 6 orang tersebut bahkan ada yang melatih dalam dua periode, seperti Giuseppe Iachini (pekan 1-12 dan pekan 26-28) dan Davide Ballardini (pekan 13-19 dan pekan 33-38). Palermo pun akhirnya finish di posisi 16. Memang, jangan pernah mengharapkan prestasi bila klub dikelola dengan cara aneh seperti itu. Total, selama sekitar 15 tahun memimpin Palermo, Zamparini telah memakai 29 pelatih dan terjadi pergantian pelatih sebanyak 40 kali. Benar-benar mencengangkan.

untitled
Daftar dalam kotak hitam adalah pelatih-pelatih Palermo di era Zamparini. Lingkaran merah adalah ‘rekor’, sedangkan kotak biru adalah ‘anomali’ yang dibuat Zamparini.

Kondisi pergantian pelatih yang kelewat banyak pun juga membuat para penikmat sepakbola Italia seringkali lupa siapa pelatih Palermo ketika musim kompetisi tengah berlangsung. Mereka terkadang harus mengecek terlebih dahulu apakah pelatih di awal musim masih menjabat atau tidak.

Kelakuan Zamparini ini juga memiliki dampak terhadap kota Palermo. Kabarnya, di kota tersebut tidak ada rumah yang disewakan dalam jangka pendek. Para pemilik bangunan meminta pembayaran kontrak untuk minimal 10 bulan agar mereka tidak mengalami kerugian. Meskipun, tampaknya hal ini hanya berlaku untuk para pelatih Palermo saja.

***

Pada 27 Februari kemarin, Zamparini pun kembali mengumumkan sebuah keputusan mengejutkan. Namun kali ini tak ada pelatih yang dipecat olehnya. Ya, kali ini ia justru ‘memecat’ dirinya sendiri sebagai presiden Palermo. Pemilik jaringan Emmezeta Department Stores itu akan menyerahkan jabatannya pada perwakilan investor baru.

Investor baru yang nampaknya berasal dari luar negeri ini (dalam situs resmi Palermo disebut Anglo-American fund) dikabarkan sudah menyepakati kontrak dengan Gruppo Zamparini, perusahaan sang bos, untuk melakukan investasi terhadap klub, mulai dari stadion hingga pusat latihan baru. Memang, pada pertengahan 2015 lalu muncul kabar bahwa Zamparini ingin membuat stadion baru untuk Palermo. Namun kelihatannya rencana itu akan tercapai tanpa keterlibatan Zamparini di jajaran manajemen Palermo.

Target investasi ini pun jelas, membawa Palermo berprestasi dan disegani di Eropa dalam program berjangka 3-5 tahun.

Ambisius memang, namun bila Palermo mendapat kucuran dana segar dalam jumlah besar, bukan tidak mungkin hal itu menjadi kenyataan. Presiden yang baru juga nampaknya tak akan mengikuti jejak Zamparini yang gemar memecat pelatih.

Tentu saja, target menembus kompetisi Eropa bukanlah target main-main, sehingga pelatih yang dipekerjakan pun harus berkualitas dan memiliki kesempatan unutk mengembangkan filososfinya pada para pemain Palermo, bukan untuk sekedar numpang lewat. Namun sebagai target awal, tentunya Palermo dibawah asuhan Diego Lopez saat ini harus mampu bertahan di Serie A terlebih dahulu.

***

Zamparini, meskipun merupakan presiden yang tergolong ‘unik’, namun ia juga merupakan salah satu presiden tersukses di Palermo. Ia mampu membawa Palermo menjadi tim yang rutin bermain di Serie A.

Selain itu, di masa kepemimpinannya, Palermo juga menjadi juara Serie B dua kali, runner-up Coppa Italia sekali, dan berpartisipasi di Piala UEFA/Liga Europa sebanyak 5 kali. Bahkan Palermo turut menyumbangkan 4 pemainnya dalam timnas Italia yang menjuarai Piala Dunia 2006, hanya kalah dari Juventus dan AC Milan yang masing-masing menyumbang 5 pemain.

hi-res-71403627-fabio-grosso-of-italy-celebrates-victory-with-his-team_crop_north
Saat Italia menjadi juara dunia. Dari kiri ke kanan: Roma, Palermo, Palermo, Juventus, Palermo. (Foto: nanozine.org)

Di tangan Zamparini, Palermo juga dikenal sebagai klub yang mampu mengorbitkan banyak bintang-bintang sepakbola dunia, mulai dari Andrea Barzagli, Luca Toni, Edinson Cavani, Salvatore Sirigu, Javier Pastore, Franco Vazquez, Andrea Belotti, hingga Paulo Dybala. Sebuah bukti bahwa meskipun punya sebuah kebiasaan buruk, namun ia mampu membuat nama Palermo lebih dikenal dunia lewat hal yang positif.

francovazquezpaulodybala-cropped_bi4crcvyzwgm116sch7g4zbqn
Vazquez kini di Sevilla, sedangkan Dybala di Juventus. (Foto: fourfourtwo)

Sekarang, dengan mundurnya Zamparini dari Palermo, kehebohan di Serie A akan sedikit berkurang. Namun, bisa jadi di masa depan kekuatan sepakbola di Serie A akan bertambah satu lagi. Ya, mungkin Napoli tak akan lagi berjuang sendirian sebagai perwakilan klub kuat asal Italia selatan. Mungkin di masa depan, Napoli akan ditemani Palermo sebagai pengganggu hegemoni Italia Utara dan Ibukota dalam perburuan gelar Serie A. Kita tunggu saja.

Arrivederci, Signor Zamparini!  

Featured Image : solocalcio.se

Leave a comment